MENANAMKAN TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI SEKOLAH

Oleh Ari Nurcahyati, S.Pd.I

Keragaman dan perbedaan merupakan sebuah sunnatullah yang tidak dapat kita hindari. Keragaman tersebut tidak hanya tampak dalam bentuk fisik, sosial, budaya, dan pendidikan saja namun juga tampak dalam cara pandang seseorang terhadap suatu masalah serta dalam mengamalkan agama dan kepercayaannya. Di dalam Islam sendiri, keragaman telah diisyaratkan dalam Alquran dan perlu kita sikapi dengan positif. Indonesia merupakan negara mulitikultur dengan beragam adat, budaya, bahasa, suku, ras, dan agama. Keragaman tersebut tidak dapat kita hindari bahkan ketika berada di lingkup sekolah. Sekolah merupakan lembaga formal yang menjadi miniatur dari sebuah masyarakat yang di dalamnya terdapat kelompok-kelompok kecil dengan karakter dan latar belakang yang berbeda.  Untuk itu, sekolah mempunyai tanggung jawab untuk membentuk jiwa toleran pada setiap peserta didik agar kelak ketika hidup bermasyarakat dapat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan dapat menghargai perbedaan.

Sering kali kita membaca berita yang berkaitan dengan masalah sensitif pertentangan antar umat beragama yang umumnya terjadi karena adanya prasangka sosial, fanatisme yang berlebihan dan keliru terhadap kehidupan beragama, kurangnya komunikasi, kurangnya wawasan akan ilmu keagamaan, serta adanya pencampuradukan kepentingan sosial, politik, dan ekonomi. Prasangka sosial dapat timbul karena adanya konflik dan kompetisi antar kelompok, yang pada akhirnya akan membentuk stereotype negative terhadap suatu kelompok dan memunculkan stigma yang akan melekat dan diturunkan secara terus menerus pada generasi selanjutnya. Sikap intoleran juga dapat timbul karena adanya fanatisme yang berlebih. Hal ini biasanya akan tampak dari sikap yang mengagung-agungkan ajaran agamanya dan merendahkan ajaran agama lain. Hal tersebut menjadi sesuatu yang sensitif, yang dapat menyulut perpecahan di dalam masyarakat Indonesia. Maka, bersikap toleran merupakan suatu jalan yang harus ditempuh oleh segenap umat beragama dalam rangka mewujudkan kerukunan hidup beragama.

Sikap toleransi di sekolah dilakukan dengan bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang aman, tenteram, damai dan harmonis. Dengan begitu, interaksi sosial yang terjalin baik antar siswa, antar guru, maupun antara siswa dengan guru dapat terjalin dengan baik walaupun berbeda keyakinan. Keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan tiga pilar pendidikan yang menjadi tonggak dalam penanaman karakter bangsa, salah satunya toleransi. Perlu ditekankan bahwa, tanggung jawab untuk menegakkan sikap toleransi beragama bukan hanya menjadi tanggung jawab guru agama saja, namun juga menjadi tanggug jawab seluruh warga sekolah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pembinaan toleransi antar umat bergama perlu dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas.

Wujud toleransi beragama di dalam kelas dapat dilakukan dengan mengajarkan siswa untuk tidak membeda-bedakan teman berdasarkan agama dan menanamkan sikap bangga terhadap keunikan serta keragaman yang ada di Indonesia. Guru juga perlu untuk memberikan kesempatan yang sama kepada setiap siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran tanpa melihat perbedaan agama. Pembinaan sikap toleransi di luar kelas dapat dilakukan dengan beragam kegiatan yang pada akhirnya akan menumbuhkan sikap saling merhargai antar umat beragama. Kegiatan yang dapat di lakukan di sekolah untuk memupuk sikap toleransi diantaranya adalah kegiatan bakti sosial, apel pagi, peringatan hari besar keagamaan, serta melakukan dialog interatif secara kontinu dengan tujuan untuk membangun kesadaran sebagai bagian dari masyarakat yang plural.

 

Sumber referensi:

  1. JRTIE: Journal of Research and Thought on Islamic Education Vol. 3, No. 2, 2020

http://andikmatulessy.untag-sby.ac.id/tulisan/karya-ilmiah/90-menggalang-toleransi-guna-mereduksi-konflik-antar-umat-beragama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *